TV SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dalam melakukan pembelajaran tidak hanya materi saja
yang dibutuhkan, tetapi perlu adanya metode mengajar dan media pengajaran
sebagai alat bantu mengajar. Metode mengajar adalah metode dan teknik yang
digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan peserta didik, agar info/materi
pengajaran sampai pada peserta didik. Sedangkan media sebagai alat bantu
mengajar. Kedudukan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar yang ada dalam
metodologi pengajaran.
Media pengajaran meskipun sebagai alat namun
memiliki peran penting dalam pembelajaran. Keberadaannya sangat dibutuhkan. Penyampaian
materi tanpa media akan sulit diterima oleh peserta didik. Media pengajaran
memiliki berbagai jenis,yaitu audio, visual, dan audio visual.
Media pembelajaran memiliki berbagai macam atau
model agar materi yang disajikan tersampaikan. Salah satunya adalah media TV.
Saat ni televisi mendapat cap negatif dari kalangan publik program-program yang
dipilih penonton, namun hal ini bukan berarti pendidik melarang siswa untuk
menonton TV. Perdidik perlu metode agar TV bisa sebagai media pembelajaran yang
efektif.
B. Rumusan
Masalah
1. Pengertian
dan macam televisi.
2. Pemanfaatan
televisi dalam pembelajaran.
3. Kelebihan
dan kekurangan penggunaan TV dalam pembelajaran.
A. Pengertian
dan Macam Televisi
Televisi
adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima
siaran gambar berkegak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam putih)
maupun berwarna. Kata televisi merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa Yunani dan visio (penglihatan) dari bahasa latin,
sehingga televisi dapat diartikan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang
menggunakan media visual/penglihatan. Televisi adalah sistem elektronik yang
mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau
ruang. Sistem ini menggunakan peratalan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam
gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat
dilihat dan suara yang dapat didengar.[1]
Perkembangan
dunia informasi dan hiburan saat ini telah berkembang pesat. Televisi salah
satunya. Televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang memberikan
informasi dan hiburan secara audio dan visual. Sejak ditemukannya sejak abad
sembilan belas, kini manusia dapat menikmati hanya dengan memencet
tombol-tombol pada alat canggih tersebut.
Media
pembelajaran berbasis audio visual adalah media penyaluran pesan dengan
memanfaatkan indra pendengaran dan penglihatan. Secara umum media audio visual
menurut teori kerucut pengalaman Edger Dale memiliki efektivitas yang tinggi
dari pada media visual atau audio.[2] Televisi
merupakan salah satu media audio visual. Dalam menikmati ataupun menggunakannya
membutuhkan indra pengliharan dan pendengaran agar informasi atau hiburan yang
diinginginkan diperoleh secara maksimal.
Televisi
dapat dijadikan sarana pembelajaran yang efektif dan efisien. Keuntungan ini
tersedia melalui berbagai tayangan yang disajikannya. Kita hanya tinggal
memilah dan memilih tayangan atau saluran-saluran televisi mana yang cukup
memadai sebagai sarana pembelajaran kita. Di sini televisi diletakkan pada
kerangka positif, sebagai media pertukaran informasi, pemikiran, dan karya,
sebagai media bahan kajian ilmiah, dokumentasi, dan lain sebagainya.[3]
Media
televisi mempunyai beberapa jenis, yakni televisi terbuka, televisi siaran
terbatas (TVST) atau CCTV, dan video
cassette record (VCR).
1. Televisi
Terbuka
Televisi terbuka adalah
media audiovisual bergerak yang berfungsi menyampaikan pesan melalui pancaran
gelombang elektromagnetik dari satu stasiun, kemudian pesawat tersebut diterima
oleh pemirsa melalui pesawat televisi.
Media inilah yang
sering kali kita lihat di rumah-rumah. Media televisi bisa dijadika sebagai
media pembelajaran secara mandiri di rumah bagi anak didik dengan melihat
berbagai acara pembelajaran yang ditanyangkan di setiap stasiun televisi,
selain itu media televisi bisa dijadikan media pembelajaran secara langsung.
2. Televisi
Siaran Terbatas/ CCTV (Core Circuit Television)
Televisi siaran
terbatas atau CCTV adalah media audio visual gerak yang menyampaikan pesannya
didistribusikan melalui kabel yang sifatnya lokal.dengan kata lain kamera televisi
mengambil suatu obyek di studio, misalnya guru yang sedang mengajar kemudian
hasil pengambilan gambar tadi didistribusikan melalui kabel ke pesawat televisi
atau monitor yang ada di ruangan kelas.
3. Video
Cassette Record (VCR)
Proses rekaman media
ini menggunakan kaset video, sedangkan penayangannya bisa dilakukan melalui
televisi, dengan demikian VCR bisa diputar menggunakan pemutar kaset video yang
tampilan visualnya menggunnakan televisi.
Karena memakai pemutar
video sendiri, maka penayangan VCR di pesawat televisi bisa dilakukan secara
berulang-ulang dan disesuaikan dengan kebutuhan. Sehingga akan mempermudah
proses pengajaran dan pembelajaran. Hasilnya, anak didik akan mendapatkan
penjelasan yang jauh lebih komprehensif dibandingkan televisi. Selain itu anak
didik langsung bisa merespons pesan yang disampaikan.
Sebagai
media, televisi memiliki empat fungsi, yakni fungsi komersial, alat hiburan,
penyampai informasi, dan edukasi. Sayangnya, fungsi yang terakhir, yakni
edukasi, kerap terabaikan. Sebagai penyeimbang membeludaknya acara hiburan,
kini televisi edukasi menjadi penting. Mengacu pada pandangan bahwa anak-anak
lebih mudah meniru serta melakukan segala hal yang mereka lihat ketimbang
segala hal yang mereka dengar, maka efek positif televisi bagi perkembangan
intelektual anak bisa dioptimalkan. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) telah
mencanangkan dimulainya siaran Televisi Edukasi (TVE) pada tahun 2003.
Harapannya tentu saja televisi edukasi bisa menambah wawasan dan kepintaran.[4]
B. Pemanfaatan
Televisi dalam Pembelajaran
Pembelajaran
dengan mempergunakan TV Edukasi penting dilakukan, karena dengan mempergunakan
tayangan TV Edukasi dalam pembelajaran, maka guru dapat terbantu untuk
menyampaikan hal-hal yang tidak bisa dibawa guru di kelas karena obyek
pembelajaran terlalu kecil (misal: sel, atom, unsur, jaringan, dll), obyek
pembelajaran terlalu besar (misal: gunung, samudra, pesawat udara, dll),
kendala geografis (misal: hutan, jurang, pulau terpencil, dll), berbahaya
(misal: bencana alam, ledakan nuklir, dll), informasi dan pengetahuan baru yang
sebelumnya tidak pernah didapat guru semasa sekolah ataupun kuliah
(misal:semangka berbentuk kubus atau balok).
Ada
3 pola atau cara pemanfaatan program siaran TVE yang sejauh ini telah
dimanfaatkan, yaitu sebagai berikut:
1. Pemanfaatan
Program Siaran TVE sesuai dengan Jadwal Siaran TVE (Pemanfaatan Siaran TVE
secara langsung). Di mana agar pembelajaran selaras dengan jam tayang TVE, maka
guru mendownload jadwal tersebut dari situs TVE di internet, atau melalui situs
pencari (misal: Google). Selain itu, guru dapat merelaui siaran dari TVRI,
karena TVE telah melakukan kerjasama dengan stasiun TVRI, program TVE yang
ditayangkan adalah diprioritaskan pada mata pelajaran matematika, bahasa
Indonesia, dan bahasa Inggris untuk peserta didik SMP dan MTs.
2. Pemanfaatan
siaran TVE sebagai penugasan. Berdasarkan jadwal tayangan siaran TVE yang ada,
guru menugaskan para peserta didiknya untuk mengikuti tayangan siaran TVE
tentang mata pelajaran tertentu pada waktu tertentu. Peserta didik dapat
melaksanakan tugas ini di sekolah atau di rumah, baik secara perseorangan
maupun dalam bentuk kelompok kecil. Untuk membantu pelaksanaan tugas ini, guru
hendaknya memberikan format laporan hasil penugasan disertai penjelasan
seperlunya. Guru juga menginformasikan batas waktu penyerahan hasil pelaksanaan
tugas dan cara-cara penyajiannya di kelas. Pada hari dan waktu yang telah
ditetapkan, guru meminta para peserta didiknya untuk manyajikan hasil tugas
yang telah dikerjakan di hadapan teman sekelasnya. Peserta didik yang belum
mendapat kesempatan untuk menyajikan hasil tugasnya, berperan untuk mengkaji
dan memberikan pendapat, tanggapan atau komentar. Melalui aktivitas
pembelajaran yang demikian ini, peserta didik dilatih menyusun bahan
presentasi, memberikan pendapat, tanggapan atau komentar, dan sekaligus juga
berlatih berdiskusi, dan membuat rangkuman/kesimpulan. Pada akhir kegiatan,
guru dapat memberikan arahan atau hal-hal yang dinilai penting untuk
pengembangan kemampuan peserta didik.
3. Pemanfaatan
program siaran TVE sebagai pengisi jam pelajaran kosong. Apabila guru
berhalangan hadir karena sesuatu hal, maka guru piket atau guru serumpun dapat
mengisi jam pelajaran kosong yang ada dengan menayangkan siaran TVE. Intinya
adalah bahwa peserta didik tetap dapat belajar sekalipun guru mata pelajaran
tertentu berhalangan hadir misalnya. Kegiatan pembelajaran tetap dapat berjalan
sebagaimana biasanya. Guru piket atau guru serumpun tinggal menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran mengikuti RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Apabila
ada hal-hal yang berkembang selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru
pengganti (guru piket atau guru serumpun) dapat mencatatnya dan menyampaikannya
kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk dilakukan tindak lanjut.[5]
[1]
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran,
(PT Pustaka Insan madani, 2012), hlm. 191
[2]
Ibid., hlm. 184
[3]
Mediapembelajaran.blogspot/media-televisi-sebagai-sarana-pembelajaran.html
(sabtu,10-11-2012/16:20)
[4]
media pembelajaran.wordpress/Televisi Sebagai Media Pembelajaran « IT –
Spenma.htm (sabtu 10-11-2012/16:10)
[5]
Ibid.,